Alhamdulillah... kata pertama yang aku lafadzkan kala itu. Akhirnya penantian dan perjuangan menemui titik terang. Kami, yang sejak lama ingin lepas dari status pacaran menjadi menikah sangat merasa lega. Bagaimana tidak, yang awalnya pacaran saja dilarang, untuk bertemu dibatasi, dan segala macam yang membuat kami merasa kesal akhirnya lepas juga. Gak ada tuh ceritanya mama papa nelponin kita. Lagi dimana, sama siapa. Alhamdulillah juga, dari kami yang kesulitan biaya nikah, tau tau dimudahkan begitu saja, rezeki rapelan gapok dan tukin.
11 hari sejak menikah, rasanya masih belum banyak yang berbeda. Tantangan jelas terlihat. Walaupun belum banyak. Hari Senin, 4 Januari 2015, suamiku akan kembali bertugas di Pulau Seram, Ambon. Rasanya ada yang mengganjal. Sedih, pasti. Tapi aku berhusnudzan bahwa rencana Allah adalah yang terbaik. Di saat kami senggang, belum muhrim, dosa bila berduaan, kami tinggal satu kota. Namuan ketika kami sudah muhrim, halal, sah sebagai suami istri, kami tinggal berjauhan. Bismillah, semoga ini adalah cara Allah meningkatkan kapasitas kami sebagai manusia, sebagai mukmin.
Ada kelebihan dia, juga kekurangan yang baru aku tau semenjak menikah. Alhamdulillah, masih bisa dilalui dengan baik. Semoga kami bisa saling menjaga dan percaya. Aaamiiin. :))